Saturday, July 4, 2009

Note Pak Suko di FB

Jum'at, 27 Februari 2009
Iklan yang Membangunkan Keyakinan Pemilih
Oleh Suko Widodo *

Perhelatan Pemilihan Umum (Pemilu) 2009 sudah ramai. Suara dan pidato para kandidat wakil rakyat sudah menggema di mana-mana. Merasuki di setiap sudut bumi di mana manusia berada. Di jalan, bisa disaksikan berderet-deret baliho dan spanduk. Di radio, terdengar kata-kata sakti akan kesejahteraan. Di televisi, tertayang keindahan harapan masa depan. Di koran, foto wajah mereka terpampang indah. Pendek kata, kini tiada hari tanpa iklan. Semua dilakukan dengan satu pesan: pilihlah aku!

Kegairahan kandidat itu adalah cermin kesadaran akan pentingnya makna komunikasi. Iklan adalah wujud tindakan komunikasi yang berfungsi membawa pesan. Melalui iklan, publik akan mengenalinya. Asumsinya, dengan mengenal, orang akan punya kemungkinan memilih.

Asumsi tidaklah selalu sama dengan realitas. Sebab, sesungguhnya keputusan orang memilih ditentukan berbagai faktor. Bukan melulu iklan belaka. Meski demikian, iklan menjadi bagian penting dari tahap proses seseorang mengambil keputusan memilih. Ada sejumlah faktor yang harus dilalui jika seorang kandidat ingin meraup dukungan suara.

Tahapan Memilih
Orang mengambil keputusan dengan yakin manakala dia memiliki sejumlah informasi yang cukup. Jadi, rujukan yang dijadikan seseorang memilih adalah seperangkat informasi. Dan, iklan berfungsi memberikan informasi. Tetapi, tidak semua informasi dari iklan mampu membuat orang yakin. Bisa-bisa malah sebaliknya, menolak pesan iklan yang dibuat. Apalagi, iklan itu tidak masuk akal dan tidak menarik.

Dalam konsep komunikasi, orang mengambil keputusan bertindak manakala mampu melewati lima tahap. Tahap yang paling awal dilalui adalah pengenalan (awareness). Selanjutnya, setelah kenal, apakah seseorang itu punya ketertarikan (interest). Sampai di sini, masih berlanjut, apakah seseorang itu punya minat (desire)?

Iklan dalam posisi keputusan memilih berada di tahap awal. Tetapi, iklan yang menarik bisa mencapai tahap ketiga (menumbuhkan minat). Sekalipun demikian, andai kandidat ini dengan produk iklannya mencapai tahap yang bisa membangkitkan minat pemilih, belumlah selesai. Sebab, pemilih bisa mengatalan: "Oh ya, saya kenal lewat iklan. Iklannya menarik dan saya berminat dengan apa yang kandidat tawarkan. Tetapi, untuk memilih, tunggu dulu.''

Karena itu, kandidat harus melewati tahap keempat, yakni keyakinan (conviction). Jika pemilih sudah yakin, pasti dijamin pemilih itu akan memberikan dukungan suara. Dukungan diwujudkan dalam tahap kelima, yakni tahap tindakan (action). Dalam ini, tindakan memilih di bilik suara nantinya. Karena itu, untuk meraup dukungan suara tidaklah cukup bermodal iklan belaka. Diperlukan cara-cara lain dalam mewujudkan bangunan keyakinan pemilih.

Bangunan Keyakinan
Membangun keyakinan tidaklah mudah. Keyakinan muncul sebagai akibat serangkaian tindakan-tindakan dari kandidat yang berelasi dengan keberadaan pemilih. Itulah ikhwal terpenting dari tahap orang mengambil keputusan memilih. Sekali lagi, iklan hanyalah tahap awal dan merupakan salah satu cara pengenalan. Karena itu, proses relasi (hubungan dan komunikasi) secara langsung menjadi penting dan harus dilakukan antara kandidat dan pemilih.

Dari proses relasi itulah, pemilih bisa menemukan makna atau nilai keyakinan. Tetapi, yang menjadi soal adalah nilai keyakinan itu. Sebab, saat ini kebanyakan pemilih bersikap pragmatis. Nilai keyakinan acapkali dimaknai dengan nilai ekonomis, seperti uang, sembako, kaus, dan sejenisnya.

Itulah problem besar yang melanda demokrasi di Indonesia. Meski politik uang (money politics) jelas-jelas dilarang, itu masih saja berkembang. Dalam posisi ini, akhirnya kita menjadi gamang karena mereka yang benar-benar layak menjadi wakil rakyat harus tergusur oleh kekuatan modal uang.

Saya meyakini bahwa uang diperlukan dalam proses menuju ke ajang pemilihan. Tetapi, mengandalkan uang belaka bukanlah jaminan utama. Sebab, saya meyakini bahwa masih banyak pemilih yang punya hati. Masih punya harapan terhadap kandidat wakil rakyat yang benar-benar akan bekerja untuk rakyat.

Dan, iklan setidaknya adalah cermin dari nilai yang ditawarkan kandidat yang bermanfaat bagi pemilih untuk mempertimbangkan keyakinannya. Beriklanlah yang menarik agar dilirik. Buatlah pesan yang masuk akal agar pemilih punya bekal. Serta kembangkanlah relasi agar pemilih mendukung secara pasti.

*. Suko Widodo, dosen pada program studi komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Unair

baca semua...