Sunday, March 8, 2009

Hanoman dan Shinta


Hanoman dan Shinta
Posted by Prasabri in wawasan on 11 18th, 2008 | 15 responses

Alkisah pasukan kera Sri Rama mendapat serangan dari Indrajit, anak Rahwana. Maka dengan ilmu Nagapasa-nya Indrajit dengan mudah menghabisi bala tentara Rama. Ribuan bala tentara mati. “Hanoman, segeralah petik sebanyak-banyaknya daun Latamaosandi, hanya itulah yg bisa menyelamatkan kita.” Itulah perintah Rama. Secepat kilat Hanoman melesat terbang menuju Gunung Imogiri.

Setelah sampai ditujuan Hanoman jadi bingung. Keadaan gelap gulita, ia tidak bisa membedakan rupa daun itu apalagi membawa sebanyak-banyaknya. Lalu kalau dipetik satu-satu akan makan waktu lama. Hanoman tidak kehabisan akal. Tidak dipikir panjang lagi sebagian gunung yang ditumbuhi pohon latamaosandi dibelah dengan kuku pancakanaka. Hanoman membawa potongan gunung itu kehadapan Rama. Daun latamaosandi datang tepat pada waktunya dengan jumlah yang mencukupi, tentara kera pun berhasil dihidupkan kembali.

Hanoman juga sangat besar perannya dalam membantu Rama membangun tanggul di Selat Bandalayu yang menghubungkan pantai Gunung Maliawan dengan tanah Alengka. Bersama pasukann kera Hanoman melemparkan ribuan batu-batuan sebesar rumah untuk menimbun lautan itu. Tugas berat itu pun selesai.

Tugas terberat dalam perjuangan merebut Dewi Sinta adalah saat Rama menginginkan informasi tentang keadaan Sinta yang ditahan oleh Rahwana di kerajaan Alengkadirja. “Kini aku membutuhkan sesuatu keterangan mengenai keadaan istriku. Siapakah yang sanggup menyelidiki kesana ?” Tanya Rama. “Saya sanggup menyelidiki ke sana, kapan saya boleh pergi Gusti ?”. Pernyataan kesanggupan Hanoman itu sungguh membuat pembantu-pembantu dekat Rama terheran-heran. Ini bukanlah tugas yang main-main, masuk ke kerajaan Rahwana ibarat masuk ke sarang harimau buas. Bahkan Laksmana pun hanya diam saja mendengar pertanyaan Rama itu. Hanoman membuktikan ia bisa menjalankan tugas itu dengan sempurna. Dewi Sinta berhasil ditemui. Bahkan Rahwana yang sedang tertidur sempat dipermainkan oleh Hanoman.

Itulah hanoman. Hanya cukup sedikit penjelasan saja dari Sri Rama, secepatnya Hanoman melakukan pekerjaan-pekerjaan itu dengan tuntas. Keterbatasan Hanoman dalam ‘sumbang ide’ sama sekali tidak mengurangi nilai Hanoman. Soal ide memang sudah menjadi porsi Wibiksana,Laksmana dan Rama sendiri. Prinsip ‘Just Do It’ dijalankan Hanoman dengan baik sekali.

Rama sangat beruntung memiliki Hanoman, staf yang sigap dalam menjalankan perintah. Staf yang tidak terlalu banyak menganalisis perintah atasan apalagi mempertanyakan perintah itu. Hanoman tahu porsi yang harus dijalankannya. Bagi Hanoman perintah atasan adalah suatu yang harus dikerjakan,tidak perlu harus terlalu banyak didiskusikan , dianalisis panjang-panjang, dan kemudian kehilangan momentum untuk menyelesaikannya. Hanoman juga tidak banyak merepotkan Rama dengan meminta penjelasan detail tentang tugas-tugas, saat perintah Rama tidak terlalu lengkap – seperti perintah memetik daun lataomosandi itu - Hanoman berani mengambil keputusan taktikal demi selesainya tugas.

Hanoman banyak mendapat rintangan dalam tugas, tapi dengan tugas-tugas itu Hanoman bertambah kesaktiaannya. Ilmu terbang dan ilmu pancakanaka ia dapatkan saat menjalankan tugas, bukan dari berguru. Penugasan telah membuat Hanoman semakin kuat . Kerja keras tidak membuat badan Hanoman menjadi ringkih,sebaliknya menjadikan kekuatan Hanoman terus bertambah.

Rama dan Hanoman adalah kita dengan staf kita, atau kita dengan atasan kita. Saat kita menjadi Rama, kita sering merindukan memiliki staf seperti Hanoman; yang dapat dengan cepat menginterpretasi dan melaksanakan perintah kita. Yang berani mengambil keputusan taktikal sesuai kewenangannya dan tidak terus-menerus mohon petunjuk. Yang menyelesaikan tugas selalu sesuai dengan momentum kapan tugas itu harus diselesaikan. Yang selalu memberikan hasil di atas harapan kita.

Dan saat kita menjadi Hanoman, kita harus memahami – bahwa atasan kita memerlukan kita untuk meringankan beban mereka. Atasan kita akan sangat senang bila perintahnya segera dikerjakan- bukan didiskusikan,dianalisis panjang-panjang sehingga kehilangan momentum keberhasilan. Atasan kita menginginkan kita untuk berani mengambil keputusan taktikal, tidak berlindung dibalik alasan tidak memiliki otoritas. Atasan kita akan senang bila kita memberikan keberhasilan yang lebih dari harapan mereka. Terkadang, atasan merindukan kita hadir dengan ‘just do it’ seperti Hanoman.

Saat kita menjadi Hanoman yang melakukan tugas-tugas berat itu, harus ada keyakinan bahwa sejatinya kita sedang dalam proses meningkatkan ‘kesaktian’, kita sedang diberikan kesempatan menggali lautan pengalaman, kita sedang diberikan ilmu-ilmu praktis baru yang sulit kita dapatkan dari berguru saja. Kita sedang merubah diri kita menjadi Super-Hano-man.

Hanoman telah melakukan itu. Semua tindakan Hanoman dalam mendukung Rama bahkan lebih berat dari yang dikerjakan Rama sendiri.
Kisah Rama dan Sinta lebih cocok diberi judul Hanoman dan Sinta (copy from Prasabri's Blog)

baca semua...